Kecelakaan laut sering menjadikan berita utama, salah satunya adalah insiden tenggelamnya sebuah kapal di Selat Bali pada malam hari Rabu (2/7). KMP Tunu Pratama Jaya menjadi sorotan akibat hilangnya nakhoda kapal yang sangat penting untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian tersebut.
Dalam rapat kerja yang diadakan oleh Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan, terungkap bahwa status nakhoda kapal masih menjadi pertanyaan besar. Apakah ia selamat? Apakah ada kemungkinan untuk menemukannya kembali? Pertanyaan ini bukan hanya bersifat logistik, namun juga berdampak pada pemahaman lebih jelas mengenai penyebab tenggelamnya kapal tersebut.
Pentingnya Nakhoda dalam Investigasi Kecelakaan Laut
Nakhoda kapal berperan sebagai saksi kunci dalam kejadian-kejadian seperti ini. Ia bertanggung jawab atas pengendalian seluruh aspek pelayaran dan dapat memberikan narasi akurat mengenai apa yang terjadi saat kecelakaan. Dalam rapat tersebut, Ketua Komisi V DPR, Lasarus, menegaskan bahwa tidak adanya informasi dari nakhoda akan menghambat proses investigasi. “Kami membutuhkan perspektif dari saksi kunci untuk memahami penyebab utamanya,” ujarnya.
Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, mengkonfirmasi bahwa hingga saat ini, nakhoda belum ditemukan. Hal ini menjadi perhatian lebih karena kehadirannya dapat membantu tim penyelamat dalam mempertajam analisis kejadian. Selain itu, data dari Basarnas menunjukkan bahwa dari total 12 anak buah kapal, hanya sebagian yang berhasil selamat, menambah kompleksitas situasi yang sedang ditangani.
Statistik dan Upaya Penyelamatan yang Dilakukan
Tim SAR mencatat bahwa hingga saat ini, mereka telah berhasil mengidentifikasi 10 jenazah dan menyelamatkan 30 orang, sementara 25 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Kapal tersebut dilaporkan sedang berlayar dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi menuju Gilimanuk di Jembrana saat insiden terjadi. Kapal tenggelam pada pukul 23.35 WIB, dan ini terjadi pada koordinat yang tepat yang memberikan titik awal bagi tim dalam melakukan pencarian.
Dengan total manifest yang menunjukkan 53 penumpang, 12 awak kapal, dan 22 kendaraan, insiden ini mengundang banyak pertanyaan tentang keselamatan perjalanan laut. Keluarga dari penumpang dan awak kapal yang belum ditemukan tentu merasakan dampak emosional yang mendalam, dan menjadi sangat penting bagi semua pihak terkait untuk melakukan upaya maksimal dalam pencarian.