Diet berbasis buah, atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘Fruitarianisme’, kini tengah menarik perhatian banyak orang. Konsep ini mirip dengan vegetarianisme, tetapi lebih ekstrem karena hanya mengizinkan pengikutnya untuk mengonsumsi buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Sementara beberapa individu melaporkan peningkatan energi dan fokus, penting untuk membahas dengan jernih apa yang sebenarnya terjadi di balik diet ini.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, banyak orang mengklaim bahwa pola makan buah-buahan mampu meningkatkan kesehatan fisik dan mental mereka. Ada juga yang meneyatakan bahwa diet ini dapat membantu penurunan berat badan secara drastis. Namun, mari kita telusuri lebih jauh mengapa diet ini mungkin tidak sepenuhnya bermanfaat dari sudut pandang medis.
Makanan Apa Saja yang Terdapat dalam Diet Fruitarian?
Pola makan dari para penggiat Fruitarian umumnya disusun berdasarkan persentase konsumsi buah. Kebanyakan dari mereka berusaha agar setidaknya 75 persen dari total asupan makanan mereka adalah buah-buahan. Sisa konsumsi mereka diisi dengan kacang-kacangan dan biji-bijian. Beberapa jenis buah yang sering dikonsumsi termasuk:
Buah-buahan asam seperti jeruk, cranberry, delima, dan stroberi
Buah-buahan subasam seperti apel, ceri, raspberry, mangga, blueberry, persik, dan pir
Buah manis seperti pisang, melon, dan anggur
Buah-buahan kering seperti kurma dan aprikot tanpa tambahan gula
Buah berminyak yang mencakup kelapa, alpukat, dan zaitun
Kacang-kacangan yang meliputi berbagai jenis seperti almond, kacang mete, dan kenari
Benih, termasuk biji bunga matahari dan labu
Satu hal yang perlu dicatat adalah rendahnya kalori dalam buah membuatnya sangat menantang untuk memenuhi kebutuhan energi harian. Rata-rata, orang dewasa membutuhkan antara 1.200 hingga 1.500 kalori per hari. Oleh karena itu, bagi para Fruitarian, menemukan cara untuk mencukupi kebutuhan kalori ini dapat menjadi tantangan yang sulit.
Panduan Diet Fruitarian Lainnya yang Perlu Diketahui
Setiap praktisi diet buah bisa memiliki kebiasaan yang berbeda. Beberapa orang memilih untuk fleksibel dalam memilih makanan, selama mereka tetap dalam kerangka yang diperbolehkan, yaitu buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Pendekatan ini mungkin tidak tepat bagi semua orang, dan bisa jadi berisiko terhadap kesehatan, apalagi jika dijalani dalam jangka panjang. Oleh karena itu, disarankan untuk mempertimbangkan nasihat ahli sebelum mencoba pola makan ini. Kesehatan lebih penting daripada sekadar mengikuti tren diet.
Secara keseluruhan, meskipun diet ini membawa janji yang menarik dalam hal penurunan berat badan dan peningkatan energi, penting untuk memahami risiko yang menyertainya. Nutrisi yang seimbang lebih dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh dan mental kita.