Pada suatu sore di awal Juli, Ivan Paulus menerima telepon yang mengabarkan tentang kedatangan seorang pemimpin dunia yang sangat dihormati. Ia diundang untuk hadir sebagai representasi para diaspora Indonesia yang tinggal di luar negeri.
Ini adalah sebuah kehormatan yang luar biasa, mengingat ada sembilan juta diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai belahan dunia. Tanpa ragu, Ivan langsung menerima undangan tersebut. Pertanyaannya, mengapa sosok non-Katolik seperti dia terpilih untuk pertemuan istimewa ini?
Kedatangan Pemimpin Agama yang Menginspirasi
Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengadakan audiensi sekelompok tokoh nasional dengan pemimpin yang dikenal akan cinta dan dorongannya untuk perdamaian. Ivan, yang merupakan seorang musisi, merasakan campur aduk antara antusiasme dan kecemasan.
Dalam hatinya, ia bercermin dari sikap pertama yang harus dilakukan saat bertemu dengan sosok yang memiliki pengaruh luar biasa ini. Di tengah menunggu, Ivan merasa semakin bersemangat, dan pikirannya disibukkan oleh berbagai lintasan ide tentang interaksi yang akan terjadi.
Momen yang Mengubah Hidup
Dalam suasana serba khidmat, Ivan dan para tokoh lainnya melewati berbagai pemeriksaan keamanan yang ketat. Setiap peserta merasakan nuansa kegembiraan sekaligus keajaiban akan apa yang mereka hadapi. Saat itu, Ivan membawa sebuah piringan hitam yang merupakan karya kolaborasinya dengan musisi legendaris, sebagai tanda penghargaan.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Pemimpin yang diundang memasuki ruangan dengan senyum yang memancar. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pesan perdamaian dan harapan akan harmoni antar umat beragama. Hadirin terpesona oleh kharisma dan kebijaksanaan yang ada dalam setiap kata yang diucapkannya.
saat mendekati Ivan, Ivan merasa tertegun namun sekaligus siap untuk mengekspresikan rasa terima kasih. Momen ketika mereka bersalaman menjadi salah satu kenangan paling berkesan yang akan diingatnya seumur hidup.
Setelah pertemuan yang berharga tersebut, para peserta menerima cinderamata berupa koin yang menampilkan wajah pemimpin agama yang mereka hormati. Ini menjadi simbol pertemuan yang tidak hanya penting untuk Ivan, tetapi juga bagi semua yang hadir.
Karya Musik yang Abadi
Bulan-bulan berlalu setelah pertemuan itu. Ivan merenungkan momen langka yang baru saja dialaminya. Belakangan, ide untuk menciptakan sebuah lagu rohani muncul di benaknya sebagai bentuk penghormatan. Ia memilih sebuah lagu yang sedang viral, yang diyakini bisa menyampaikan pesan yang sama: kekaguman yang abadi.
Pekerjaan rekaman lagu itu menggandeng beberapa musisi berbakat dari berbagai negara untuk menggarapnya sebagai sebuah kolaborasi internasional. Proses tersebut tidak hanya melibatkan talenta dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri, menciptakan harmoni lintas budaya yang unik.
Pengalaman menciptakan karya musik itu memberikan nilai filosofis yang dalam bagi Ivan. Setiap nada dan melodi dalam lagu tersebut adalah ungkapan rasa syukur dan penghormatan terhadap sosok yang telah memberikan inspirasi dalam hidupnya.
Tak disangka, kabar duka datang bahwa pemimpin yang dihormati itu telah berpulang. Ketika mendengar berita menyedihkan tersebut, Ivan merasakan kehilangan yang mendalam, karena satu-satunya harapannya adalah agar lagunya bisa didengar dan memberikan kebahagiaan.
Meski terlahir dalam konteks duka, karya musik yang diciptakan tetap dirilis ke publik dan menjadi pengingat akan pentingnya pesan yang dibawa oleh sosok itu. Ivan berharap, meski sudah tiada, pengaruh positif sang pemimpin akan selalu hidup dalam setiap alunan musik dan ingatan orang-orang.
Akhir kata, Ivan berharap agar karya yang telah diciptakan dapat menjadi pesan perdamaian dan kasih sayang bagi umat manusia di seluruh dunia.Viva!