Wakatobi – Kepolisian sektor Tomia Timur Kabupaten Wakatobi sedang mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat terkait penegakan keadilan terhadap oknum yang diduga anggota Brimob. Kejadian ini melibatkan pemukulan seorang warga pada malam lebaran Idul Fitri 1446 Hijriyah.
Pada malam tersebut, tepatnya hari Minggu (30/3/2025), dua orang warga mengalami perlakuan tak manusiawi dari oknum yang diduga Brimob di depan masjid AL-Hikma, Tongano Barat. Seorang warga, ADK, berbagi kisahnya, menceritakan bagaimana mereka dihentikan saat mengendarai sepeda motor dan mengalami perlakuan kasar.
Kasus Pemukulan oleh Oknum yang Diduga Anggota Brimob
Pada pukul 22:30 WITA, ADK bersama rekannya BY diberhentikan oleh seorang yang diduga anggota Brimob. Menurut pengakuan ADK, dia mengalami pemukulan di bagian mulut dan kedua pipi sebanyak kurang lebih 15 kali dengan menggunakan sandal. “Saya ditampar di bagian mulut dan pipi kanan dan kiri,” ungkapnya saat menjelaskan kejadian tersebut kepada awak media.
Lebih mengkhawatirkan lagi, oknum tersebut menodongkan senjata api ke kepala ADK dan sempat melepaskan tembakan ke arah atas. Kejadian ini tidak hanya menjadi sorotan masyarakat lokal, tetapi juga menimbulkan berbagai respons dari organisasi kemasyarakatan.
Tanggapan Masyarakat dan Permintaan Tindakan Tegas
Sebuah organisasi masyarakat, Barisan Orator Masyarakat Kepulauan Buton (BOM Kepton), telah melakukan demonstrasi di depan Polsek Tomia Timur. Aksi ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap kasus penganiayaan yang terjadi pada malam takbiran tersebut. Ramadan, sebagai koordinator aksi, menyatakan, “Kami merasa perlu untuk menyampaikan informasi ini secara terbuka dan meminta tindakan tegas dari pihak berwenang.”
Ramadan juga menekankan bahwa tindakan kekerasan ini tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi penegak hukum di Indonesia. Dalam tuntutannya, mereka menekankan pentingnya pengusutan yang transparan dan akuntabel, serta memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku yang terbukti bersalah.
Selain itu, mereka juga meminta reformasi dalam tubuh kepolisian untuk mencegah terulangnya kekerasan serupa di masa depan. Melalui peningkatan pelatihan dan pengawasan terhadap personel kepolisian, diharapkan nilai-nilai profesionalisme dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dapat ditanamkan dengan lebih baik.
Ramadan juga mengajak masyarakat untuk tetap mengedepankan jalur hukum dalam memperjuangkan keadilan dan tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan anarkis. Ini adalah langkah penting agar tidak ada pihak yang merasa terancam dan setiap tindakan dapat dikendalikan tanpa ada kekacauan.