Baubau – Sejumlah organisasi kepemudaan melakukan demonstrasi di depan kantor sebuah bank pada hari Senin (26/5/2025) terkait dugaan ketidakpatuhan dalam prosedur perbankan. Aksi ini diikuti oleh pengurus cabang berbagai organisasi yang mengangkat isu pelecehan verbal dan pengajuan dana kredit yang tidak sesuai dengan SOP.
Kelompok demonstran, yang terdiri dari pengurus GMNI BUTON RAYA, PMII, LMND, dan GMPS, mengungkapkan kekecewaan mereka atas kurangnya respons dari pihak bank terhadap laporan pelanggaran yang telah diajukan. Mereka mempertanyakan alasan di balik lambatnya tindakan dari manajemen bank terhadap masalah yang telah berkembang selama ini.
Dinamika Aksi Demonstrasi di Depan Kantor Bank
Dalam orasi yang disampaikan, para demonstran meminta agar pihak bank memberikan klarifikasi terkait perlakuan yang mereka anggap tidak adil. Mereka merasa bahwa oknum di bank tersebut belum mendapatkan sanksi yang layak, sehingga menciptakan ketidakpercayaan di kalangan nasabah. Kasus ini bahkan telah melibatkan Kejaksaan dan Kepolisian, tetapi masih belum ada tindakan tegas dari manajemen bank.
Situasi ini semakin memanas ketika Plt KCP Bank Mandiri Baubau, IB Gede Wiyatadharma, menjawab para demonstran dengan pernyataan bahwa ia tidak mengetahui isi tuntutan mereka. Jawaban ini memicu kemarahan, yang membuat sejumlah nasabah melakukan aksi simbolik dengan mematahkan kartu ATM mereka sebagai bentuk protes.
Kritik Nasabah Terhadap Kebijakan Perbankan
Beberapa nasabah turut memberikan tanggapan seputar situasi yang terjadi. Salah satunya adalah Ramadan, yang mengungkapkan kekecewaannya atas respon yang diberikan oleh pihak bank. Ia menekankan pentingnya bank untuk menjalankan prinsip kehati-hatian yang telah diatur dalam undang-undang. Menurutnya, tindakan tegas sangat diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank.
Di sisi lain, Sarman juga menyampaikan pendapat serupa dan mengingatkan bank tentang tanggung jawab mereka dalam menjaga kesehatan keuangan. Ia menegaskan pentingnya langkah bijak yang harus diambil oleh manajemen bank untuk menghadapi masalah ini. Penegasan tersebut menunjukkan tingginya harapan nasabah agar bank bertindak lebih proaktif dalam menyelesaikan permasalahan.
Menanggapi protes yang terjadi, IB Gede Wiyatadharma mengungkapkan bahwa ada banyak nasabah lain di bank tersebut yang juga bergantung pada layanan yang diberikan. Namun, pernyataannya tersebut justru membuat massa aksi lebih geram. Mereka menginginkan agar semua nasabah di bank memiliki suara yang sama, bukan hanya segelintir yang dipandang mampu berbicara.
Massa aksi pun bertekad untuk melanjutkan perjuangan mereka dengan melakukan aksi jilid kedua, yang akan melibatkan lebih banyak orang. Mereka juga berencana untuk melayangkan laporan resmi kepada OJK, sebagai langkah untuk menuntut akuntabilitas pihak bank.